Ihsg.co.id, Medan- Di triwulan I tahun 2023, sejumlah bank di Amerika telah terdampak krisis global hingga akhirnya terpaksa tutup, seperti Silicon Valley Bank (SVB) misalnya. Padahal, SVB merupakan bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat. Lalu bagaimana dengan perbankan Indonesia, khususnya perbankan daerah di Sumatera Utara (Sumut)?
Pengamat Ekonomi Sumut dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh bank lokal atau Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Sumut, seperti Bank Sumut.
“Pertama adalah dengan meninjau ulang kualitas kredit dari debitur dan evaluasi secara berkala,” ujar Gunawan kepada wartawan saat menggelar diskusi tentang perbankkan pada Kamis sore, (30/3).
Hal ini dikarenakan kenaikan suku bunga acuan yang terjadi belakangan ini dan diikuti dengan kenaikan bunga pinjaman berpeluang menciptakan penurunan kualitas pembayaran kewajiban oleh debitur.
Kedua, sambung Gunawan, BPD harus selektif dalam menyalurkan kredit. Memperketat pembiayaan atau bila perlu perbankan daerah dapat menghindari pembiayaan untuk sektor atau lapangan usaha yang sangat sensitif dengan kenaikan bunga pinjaman.
Selain itu, ia juga menilai pengetatat pembiayaan kepada sektor usaha yang siklus bisnisnya sangat dipengaruhi oleh gejolak daya beli masyarakat juga sangat diperlukan.
“Poin ketiga, hindari perusahaan intangible aset untuk dibiayai. Tidak bisa dipungkiri, salah satu pemicu krisis perbankan saat ini dipicu oleh kebangkrutan perusahaan yang berbasiskan kripto. Sehingga perusahaan tersebut pada dasarnya bergerak dalam perdagangan barang yang semu atau tidak memiliki underlying aset yang jelas,” jelasnya.
Ditengah perkembangan teknologi seperti sekarang ini, banyak perusahaan sejenis yang muncul yang tentunya dihindari, atau harus dianalisis secara mendalam kelangsungan bisnisnya di masa yang akan datang.
Saran keempat menurut Gunawan, kembangkan layanan digital dengan cara optimalkan layanan mobile banking, net corporate, e-retribusi dan tak yang paling penting juga meningkatkan keamanan layanan digital itu sendiri.
“Serta kemudahan dan keamanan transaksi non tunai lainnya yang diaplikasikan melalui Qris (Quick
Response Code Indonesian Standard) berupa alat pemindai pembayaran melalui QR Code,” sarannya.
Selain itu, Gunawan juga berpendapat bahwa investasi yang lebih mengedepankan keamanan dibandingkan mengejar pendapatan tidak kalah penting perannya.
“Saran kelima untuk Bank Sumut, hindari penempatan dana investasi di instrumen keuangan beresiko (aset beresiko). Strategi investasi sebaiknya lebih mengedepankan agar dana yang diinvestasikan benar benar aman dan likuid. Melakukan kontrol yang ketat penempatan dana pada surat berharga yang diterbitkan oleh korporasi atau perusahaan,” imbuh Gunawan. (Aul/ihsg)