ihsg.co.id- Investor saat ini sedang menghadapi dilema pasca Indeks saham wall street, Amerika Serikat (AS) tumbang selama sepekan ini.
Mengutip Reuters, Senin (10/10), Wall Street turun tajam pada perdagangan, Jumat (7/10), meski dilaporkan data pekerja yang solid. Laporan ini meningkatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) makin agresif dalam menaikkan suku bunga.
Indeks S&P 500 anjlok 23 persen pada tahun ini, yang diprediksi akan runtuh setelah data pekerjaan AS mendukung kenaikan suku bunga dari The Fed dengan menjadikan prioritas utama yakni memerangi inflasi.
Dengan anjloknya pasar, investor waspada dengan mengurangi kepemilikan saham tahun ini sehingga lebih aman, yield yang lebih tinggi ditarik mulai dari Treasury hingga rekening pasar uang.
Beberapa investor mulai khawatir situasi ini merugikan ketika pasar berubah. Keuntungan dapat memotong pengembalian secara keseluruhan, sementara titik bawah pasar ditandai unjuk bagi yang bertahan di saham.
Berdasarkan riset Goldman Sachs, pasar cenderung terlihat kenaikan saham setelah mencapai titik rendah. Perusahaan menemukan bahwa S&P 500 membukukan pengembalian rata-rata 16 persen selama sebulan.
Investor mencari laporan harga konsumen AS minggu depan untuk menemukan pernyataan The Fed bahwa kenaikan suku bunga 300 basis poin telah mengurangi inflasi. Munculnya tanda harga konsumen akan tetap curam berpotensi membebani pasar, sehingga mengurangi peluang bertahan di saham.